Manusia yang mengamati dirinya dan orang-orang di sekitarnya, akan
mengetahui dengan dengan pasti tentang berbagai kekuasaan Allah Azza wa
Jalla . Dia memahami bahwa kehidupannya di dunia melewati fase-fase yang
pasti dilewati dan tidak bisa dipungkiri jika dia berumur panjang.
Sebelumnya dia tidak ada, kemudian lahir ke dunia sebagai bayi, lalu
menjadi bocah (anak kecil), muda, dewasa, tua, dan akhirnya ajal
menjemputnya. Allah Azza wa Jalla berfirman:
كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ۖ ثُمَّ
يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah
menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali,
kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan? [al-Baqarah/2:28]
Imam Baghawi rahimahullah berkata, “Kemudian Allah Azza wa Jalla berkata
kepada orang-orang musyrik Arab dengan bentuk keheranan ‘Mengapa kamu
kafir kepada Allah’, setelah penegakkan bukti-bukti dan kejelasan
keterangan-keterangan. Kemudian Allah Azza wa Jalla menyebutkan
bukti-bukti: ‘padahal kamu tadinya mati’, dalam bentuk setetes mani di
dalam tulang sulbi bapak kamu, ‘lalu Allah menghidupkan kamu,’ di dalam
rahim dan di dunia, ‘kemudian kamu dimatikan’, ketika habis ajal kamu
‘dan dihidupkan-Nya kembali’, untuk kebangkitan setelah kematian,
‘kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?’, kamu akan datang di
akhirat, lalu Allah Azza wa Jalla akan membalas perbuatan-perbuatan
kamu”. [Tafsîr al-Baghawi 1/77]
KEMATIAN PASTI DATANG
Bagaimanapun manusia berusaha lari dari kematian, kematian itu pasti
akan menjemputnya di manapun dia berada. Walaupun dia berada di dalam
gedung yang tinggi dan kokoh.
Allah Azza wa Jalla berfirman.
أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكْكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ
Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun
kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh. [an-Nisâ’/4:78]
Imam Ibnu Katsîr rahimahullah berkata, “Maksudnya: bahwa semua orang
akan mati, tidak ada pilihan, tidak ada sesuatupun yang akan
menyelamatkannya dari kematian, sama aja apakah seseorang itu berjihad
atau tidak. Karena sesungguhnya manusia itu memiliki ajal yang telah
ditetapkan dan waktu yang telah dibagikan. Sebagaimana Khâlid bin Walîd
Radhiyallahu anhu berkata ketika kematian menjemputnya di atas tempat
tidur, ‘Sesungguhnya aku telah menghadiri sekian peperangan, tidak ada
satu pun dari anggota badanku yang tidak terdapat luka dari sebab
tikaman tombak atau lemparan anak panah. Namun sekarang aku akan mati di
atas tempat tidurku, sedangkan mata para pengecut tidak bisa tidur’.”
[Tafsîr Ibnu Katsîr, 2/360]
Juga firmanNya.
قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ۖ
ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ
بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka
sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan
dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata,
lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan".
[al-Jum’ah/62:8]
Maka kita selalu melihat kematian mendatangi setiap orang yang telah
Allah Azza wa Jalla tentukan. Sama saja, baik kepada orang kaya atau
miskin, raja atau rakyat jelata, sehat sentosa atau selalu sakit saja,
orang tak dikenal atau bintang idola.
DUNIA INI FANA
Itulah hakekat dunia ini, yaitu fana dan sementara. Allah Azza wa Jalla
mengingatkan semua manusia tentang hal ini di dalam banyak tempat di
dalam al-Qur’ân, antara lain firman Allah:
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ
وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ
كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ
مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ
وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ ۚ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا
إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan
dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu
serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak. Seperti hujan
yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu
menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur.
Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta
keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan
yang menipu. [al-Hadîd/57:20]
Imam al-Alûsi rahimahullah berkata, “Setelah Allah Azza wa Jalla
menjelaskan keadaan dua kelompok manusia (yaitu orang-orang yang beriman
dan orang-orang kafir pada ayat 19-pent), Allah Azza wa Jalla
menjelaskan keadaan kehidupan kelompok kedua (yaitu orang-orang kafir)
yang merasa tentram dengan dunia, dan disebutkan bahwa kehidupan dunia
itu termasuk perkara-perkara kecil yang tidak akan membuat orang-orang
yang berakal condong dan tenteram kepadanya. Dunia ini ‘permainan’ yang
tidak ada hasilnya kecuali capai, ‘dan suatu yang melalaikan’,
melalaikan manusia dari perkara yang bermanfaat dan penting baginya, dan
‘perhiasan’ yang tidak akan menghasilkan kemuliaan hakiki, seperti
pakaian-pakaian yang indah dan kendaraan-kendaraan yang bagus serta
rumah-rumah yang tinggi, ‘dan bermegah- megah antara kamu’ dengan nasab
dan tulang-tulang yang telah lapuk, ‘serta berbangga-banggaan tentang
banyaknya harta dan anak’, dengan jumlah dan persiapan. Kemudian Allah
Azza wa Jalla menjelaskan bahwa bersamaan dengan itu, dunia itu cepat
binasa dan segera hancur: ‘Seperti hujan yang tanam-tanamannya
mengagumkan para petani’, demikian juga perhiasan dunia sangat
mengagumkan orang-orang kafir. Adapun seorang yang beriman, jika melihat
perkara yang mengagumkan, maka fikirannya akan tertuju kepada kekuasaan
Penciptanya Azza wa Jalla, sehingga dia menjadi kagum terhadap
kekuasaan Allah Azza wa Jalla . Sedangkan orang kafir, fikirannya tidak
melampaui apa yang dia lihat, sehingga warna-warni dunia membuatnya
tenggelam di dalam kekaguman. ‘Kemudian tanaman itu menjadi kering’,
bergerak menuju akhirnya, yaitu menjadi kering setelah sebelumnya
warmanya hijau dan indah. ‘Dan kamu lihat warnanya kuning’ yang
sebelumnya kamu melihatnya indah dan elok, ‘kemudian menjadi hancur’,
remuk karena kering.Allah Azza wa Jalla memisalkan waktu yang telah
dilalui oleh manusia dengan dengan satu tumbuhan yang tumbuh dari karena
air hujan, kemudian hancur dan binasa kurang dari satu tahun. Ini
mengisyaratkan alangkah cepat dan dekat kehancurannya. Setelah Allah
Azza wa Jalla menjelaskan kehinaan dunia ini dan memerintahkan manusia
agar menganggap kecil urusan dunia dan menjauh diri agar tidak tenggelam
di dalamnya, Allah Azza wa Jalla menjelaskan keagungan urusan akhirat,
mengagungkan kelezatan dan kepedihan siksa di akhirat agar mendorong
manusia meraih kenikmatannya yang abadi dan memperingatkan siksanya yang
pedih. Allah Azza wa Jalla berfirman, ‘Dan di akhirat (nanti) ada azab
yang keras’, Allah Azza wa Jalla menyebutkan siksa lebih dahulu karena
hal ini sebagai akibat tenggelam di dalam keadaan-keadaan kehidupan
dunia yang telah dijelaskan, ‘dan ampunan dari Allah serta
keridhaan-Nya’. Penyebutan siksa yang pedih di hadapan dua perkara:
ampunan dari Allah k dan keridhaan-Nya; demikian juga penyebutan ‘siksa
yang pedih’ tanpa menyebutkan dari Allah Azza wa Jalla , mengisyaratkan
kepada dominannya rahmat Allah Azza wa Jalla dan bahwa tujuan yang utama
adalah kebaikan. ‘Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah
kesenangan yang menipu’, yaitu bagi orang yang merasa tentram terhadap
dunia dan tidak menjadikan kehidupan dunia ini sebagai sarana untuk
kebaikan akhirat dan alat untuk meraih kenikmatannya. Diriwayatkan bahwa
Sa’îd bin Jubair Radhiyallahu anhu mengatakan, “Dunia itu adalah
kesenangan yang menipu, jika dunia melalaikanmu dari mencari akhirat.
Namun jika dunia itu mengajakmu untuk mencari ridha Allah Azza wa Jalla
dan mencari kebaikan akhirat, maka dunia itu sebaik-baik kesenangan dan
sarana”. [Diringkas dari Tafsîr Rûhul Ma’âni, 20/335]
KEUTAMAAN AKHIRAT
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam banyak menyebutkan kenikmatan dan
keutamaan akhirat yang sangat besar dibandingkan kesenangan di dunia
ini. Di antaranya adalah hadits di bawah ini:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي َلأَ عْلَمُ آخِرَ أَهْلِ النَّارِ
خُرُوجًا مِنْهَا وَآخِرَ أَهْلِ الْجَنَّةِ دُخُولاً الْجَنَّةَ رَجُلٌ
يَخْرُجُ مِنْ النَّارِ حَبْوًا فَيَقُولُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى
لَهُ اذْهَبْ فَادْخُلْ الْجَنَّةَ فَيَأْتِيهَا فَيُخَيَّلُ إِلَيْهِ
أَنَّهَا مَلْأَى فَيَرْجِعُ فَيَقُولُ يَا رَبِّ وَجَدْتُهَا مَلْأَى
فَيَقُولُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى لَهُ اذْهَبْ فَادْخُلْ الْجَنَّةَ
قَالَ فَيَأْتِيهَا فَيُخَيَّلُ إِلَيْهِ أَنَّهَا مَلْأَى فَيَرْجِعُ
فَيَقُولُ يَا رَبِّ وَجَدْتُهَا مَلْأَى فَيَقُولُ اللَّهُ لَهُ اذْهَبْ
فَادْخُلْ الْجَنَّةَ فَإِنَّ لَكَ مِثْلَ الدُّنْيَا وَعَشَرَةَ
أَمْثَالِهَا أَوْ إِنَّ لَكَ عَشَرَةَ أَمْثَالِ الدُّنْيَا قَالَ
فَيَقُولُ أَتَسْخَرُبِي أَوْ أَتَضْحَكُ بِي وَأَنْتَ الْمَلِكُ قَالَ
لَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ضَحِكَ
حَتَّى بَدَتْ نَوَاجِذُهُ قَالَ فَكَانَ يُقَالُ ذَاكَ أَدْنَى أَهْلِ
الْجَنَّةِ مَنْزِلَةً
Dari `Abdullâh bin Mas’ûd Radhiyallahu anhu , dia berkata: Rasulullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku benar-benar mengetahui
seorang penduduk neraka yang paling akhir keluar darinya dan seorang
penduduk surga yang paling akhir masuk ke dalam surga. Yaitu seorang
laki-laki yang keluar dari neraka dengan keadaan merangkak, lalu Allah
berkata kepadanya, ‘Pergilah, masuklah ke dalam surga!’.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Lalu dia mendatangi surga,
namun dikhayalkan kepadanya bahwa surga telah penuh. Maka dia kembali
lalu berkata, ‘Wahai Rabbku, aku mendapati surga telah penuh.’ Allah
Azza wa Jalla berkata kepadanya, ‘Pergilah, masuklah ke dalam surga!’.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Lalu dia mendatangi surga,
namun dikhayalkan kepadanya bahwa surga telah penuh. Maka dia kembali
lalu berkata, ‘Wahai Rabbku, aku mendapati surga telah penuh.’
Allah Azza wa Jalla berkata lagi kepadanya, ‘Pergilah, masuklah ke dalam
surga! Sesungguhnya engkau memiliki semisal dunia dan sepuluh kalinya,
atau engkau memiliki sepuluh kali dunia’. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: ‘Laki-laki itu berkata, ‘Apakah Engkau memperolok-olok
aku (atau Engkau mentertawakan aku) padahal Engkau adalah Raja?’Abdullâh
bin Mas’ûd Radhiyallahu anhu berkata, ‘Aku melihat Rasulullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa sampai nampak gigi gerahamnya’.
Dan dikatakan bahwa orang itu adalah penduduk surga yang paling rendah
derajatnya’. (HR. Muslim, no. 308/186)
BERLOMBA DI DALAM KEBAIKAN
Jika manusia telah mengetahui hakekat dunia yang fana ini, maka
selayaknya dia selalu ingat dan waspada, jangan sampai tergoda
kenikmatan dunia yang sementara, kemudian melalaikan akhirat yang sangat
berharga. Sepantasnya manusia berlomba melakukan ketaatan-ketaatan dan
meninggalkan kemaksiatan-kemaksiatan untuk meraih kebaikan akhirat. Oleh
karena itu Allah Azza wa Jalla berfirman:
سَابِقُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ
السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ
ۚ ذَٰلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَاللَّهُ ذُو
الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Rabbmu dan
surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi
orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Itulah
karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan
Allah mempunyai karunia yang besar. [al-Hadîd/57: 21]
Juga sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla.
وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada surga yang
luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang
bertakwa. [Ali ‘Imrân/3:133]
Kita mendapat teladan luar biasa dari Salafus Shalih di dalam hal
berlomba di dalam kebaikan. Sangat banyak contoh yang dapat ditiru dari
perbuatan mereka. Seperti disebutkan di dalam riwayat di bawah ini:
أَنَّ فُقَرَاءَ الْمُهَاجِرِيْنَ أَتَوْا رَسُوْلَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالُوْا ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُوْرِ بِالدَّرَجَاتِ
الْعُلَى وَالنَّعِيمِ الْمُقِيمِ فَقَالَ وَمَا ذَاكَ قَالُوْا يُصَلُّونَ
كَمَا نُصَلِّيْ وَيَصُوْمُونَ كَمَا نَصُومُ وَيَتَصَدَّقُونَ وَلاَ
نَتَصَدَّقُ وَيُعْتِقُونَ وَلاَ نُعْتِقُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَفَلاَ أُعَلِّمُكُمْ شَيْئًا تُدْرِكُوْنَ
بِهِ مَنْ سَبَقَكُمْ وَتَسْبِقُونَ بِهِ مَنْ بَعْدَكُمْ وَلاَ يَكُونُ
أَحَدٌ أَفْضَلَ مِنْكُمْ إِلاَّ مَنْ صَنَعَ مِثْلَ مَا صَنَعْتُمْ
قَالُوْا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ تُسَبِّحُوْنَ وَتُكَبِّرُوْنَ
وَتَحْمَدُوْنَ دُبُرَ كُلِّ صَلاَةٍ ثَلاَثًا وَثَلاَثِيْنَ مَرَّةً قَالَ
أَبُوْصَالِحٍ فَرَجَعَ فُقَرَاءُ الْمُهَاجِرِيْنَ إِلَى رَسُوْلِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالُوْا سَمِعَ إِخْوَانُنَا
أَهْلُ اْلأَمْوَالِ بِمَا فَعَلْنَا فَفَعَلُوْا مِثْلَهُ فَقَالَ
رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ
يُؤْتِهِ مَنْ يَشَاءُ
Bahwa orang-orang miskin dari kalangan Muhâjirîn berkata, “Wahai
Rasulullah, orang-orang kaya telah memborong derajat yang tinggi dan
kenikmatan abadi”. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya,
“Kenapa begitu?” Mereka menjawab, “Mereka itu melakukan shalat
sebagaimana kami melakukan shalat; mereka berpuasa sebagaimana kami
berpuasa; mereka bersedekah, sedangkan kami tidak bersedekah; mereka
memerdekakan budak, sedangkan kami tidak memerdekakan budak”. Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Maukah aku tunjukkan kamu
sesuatu, jika kamu mengerjakannya kamu mendahului orang-orang selainmu
dan tidak ada seorang pun yang lebih utama dari kamu, kecuali orang yang
melakukan semisal yang kamu lakukan ? Yaitu kamu bertasbîh, bertakbîr,
bertahmîd 33 kali setelah selesai setiap shalat”. Orang-orang miskin itu
menghadap lagi kemudian mengatakan, “Saudara-saudara kami, orang-orang
kaya, mendengar apa yang telah kami lakukan, lalu mereka melakukan
semisalnya! Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Itu
adalah karunia Allah yang Dia berikan kepada siapa yang Dia kehendaki”.
[HR. al-Bukhâri, 843; Muslim, no. 595]
Sebagian Ulama memberikan contoh-contoh berlomba di dalam kebaikan sebagai berikut:
Diriwayatkan bahwa Anas Radhiyallahu anhu berkata, “Saksikan takbîratul ihrâm bersama imam (di dalam shalat jama’ah)!”
Diriwayatkan bahwa Ali Radhiyallahu anhu berkata, “Hendaklah engkau
menjadi orang yang pertama masuk masjid, dan orang yang terakhir
keluar.” [Tafsîr Bahrul Muhîth 10/228]
Demikianlah para pendahulu kita yang shalih, bagaimana dengan kita? Hanya Allah Azza wa Jalla tempat memohon pertolongan.
0 komentar:
Posting Komentar