Oleh:Muhammad bin Suud Al-Uraifi
Sesungguhnya melakukan shalat Tahajjud dan mengekang dorongan hawa nafsu
dan syaitan, adalah sesuatu yang teramat berat dan sulit kecuali bagi
orang yang dimudahkan dan ditolong oleh Allah.
Ada beberapa faktor yang bisa membantu dan memotivasi seseorang untuk
melakukan shalat Tahajjud serta memudahkannya dengan izin Allah. Faktor
ini terbagi dua bagian; sarana lahir dan sarana batin.
Faktor Lahir:
1. Menjauhi Perbuatan Dosa Dan Maksiat
Yaitu, tidak melakukan perbuatan dosa di siang hari dan di malam hari,
karena hal itu bisa membuat hati keras dan menghalangi seseorang dari
curahan rahmat.
Seorang laki-laki bertanya kepada al-Hasan al-Bashri, "Wahai Abu Sa'id,
semalaman aku dalam keadaan sehat, lalu aku ingin melakukan shalat malam
dan aku telah menyiapkan kebutuhan untuk bersuci, tapi mengapa aku
tidak dapat bangun?" Al-Hasan menjawab, "Dosa-dosamu mengikatmu."[1]
Sufyan ats-Tsauri berkata, "Selama lima bulan aku merugi tidak melakukan
shalat Tahajjud karena dosa yang aku perbuat." Ia ditanya, "Apakah dosa
yang engkau lakukan?" Ia menjawab: "Aku melihat seseorang menangis,
lalu aku berkata dalam diriku, 'Orang ini riya'.'"[2]
Sebagian orang shalih berkata, "Betapa banyak makanan yang bisa
menghalangi orang melakukan shalat Tahajjud dan betapa banyak pandangan
yang membuat orang rugi tidak membaca sebuah surat. Sesungguhnya seorang
hamba kadang memakan suatu makanan atau melakukan suatu perbuatan lalu
ia diharamkan karenanya dari melakukan shalat Tahajjud selama
setahun."[3]
Fudhail bin 'Iyadh berkata, "Bila kamu tidak mampu melakukan shalat
Tahajjud di malam hari dan puasa di siang hari maka kamu adalah orang
yang merugi."[4]
Saudaraku, tinggalkanlah kemaksiatan dan dosa jika engkau mengharapkan
berkhalwah (menyendiri) dengan Allah Yang Mahamengetahui segala yang
ghaib!
2. Tidak Meninggalkan Tidur Siang Karena Itu Adalah Sunnah
Dari Ibnu 'Abbas Radhiyallahu anhuma, ia menuturkan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اِسْتَعِيْنُوْا بِطَعَامِ السَّحَـرِ عَلَى صِيَامِ النَّـهَارِ، وَبِالْقَيْلُوْلَةِ عَلَى قِيَامِ اللَّيْلِ.
"Jadikanlah makanan sahur sebagai sarana untuk membantumu melakukan
puasa di siang hari dan tidur pada tengah hari sebagai sarana untuk
membantumu melakukan shalat Tahajjud."[5]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendorong untuk melakukan hal-hal
yang dapat membantu, menggiatkan dan menjadikan orang beramal dengan
terus-menerus. Sebab sibuk di siang hari hingga tidak tidur pada tengah
hari dapat membuat fisik lemah dan di malam hari tidur menjadi nyenyak.
Al-Hasan al-Bashri bila datang ke pasar dan mendengar hiruk pikuk
orang-orang di sana, ia berkata, "Aku mengira malam mereka adalah malam
yang buruk (karena tidur nyenyak dan tidak bertahajjud), mengapa mereka
tidak tidur tengah hari?"[6]
3. Tidak Memperbanyak Makan
Sebab orang yang banyak makan akan banyak minum akan terlelap dalam tidur dan berat untuk melakukan shalat Tahajjud.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:
مَا مَلأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنِهِ، بِحَسْبِ إِبْنِ آدَمَ
لُقَيْمَاتٍ يُقِمْنَ صُلْبَهُ، فَإِنْ كَانَ لاَ مَحَالَةَ، فَثُلُثٌ
لِطَعَامِهِ، وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ.
"Tidak ada wadah yang paling buruk yang diisi manusia selain perutnya,
cukuplah seorang anak Adam menyantap beberapa suap makanan saja yang
dapat mengokohkan tulang punggungnya. Jika memang ia harus mengisi
perutnya maka hendaknya ia mem-berikan sepertiga untuk makanannya,
sepertiga untuk minumannya dan sepertiga lagi untuk nafasnya."[7]
Diriwayatkan bahwa iblis menampakkan dirinya kepada Yahya bin Zakariya
dengan membawa beberapa buah sendok. Yahya bertanya kepadanya, "Untuk
apakah sendok-sendok ini?" Iblis menjawab, "Ini adalah syahwat yang aku
gunakan untuk menjebak anak keturunan Adam." Yahya bertanya kepadanya,
"Apakah engkau mendapatkan sesuatu dari jebakan atau diriku?" Ia
menjawab, "Ya, tadi malam engkau kenyang, lalu aku menjadikanmu berat
untuk melakukan shalat Tahajjud." Yahya berkata, "Aku pasti tidak akan
mengenyangkan perutku lagi selamanya." Iblis berkata, "Aku pasti tidak
akan memberi nasihat (saran) kepada siapa pun setelah saranku ini
kepadamu."[8]
Wahab bin Munabih berkata, "Tidak ada anak keturunan Adam yang lebih disukai syaitan selain tukang makan dan tukang tidur." [9]
Mis'ar bin Kadam berkata:
وَجَدْتُ الْجُوْعَ يَطْرُدُهُ رَغِيْفُ
وَمَلَءَ الْكَفُّ مِنْ مَاءِ الْفُرَاتِ
وَقَلَّ الطَّعَمُ عَـوْنٌ لِلْمُصَلِّـي
وَكَثْرُ الطَّعَمِ عَوْنٌ لِلسَبَّاتِ
Aku temukan rasa lapar dapat disingkirkan
Dengan roti dan segenggam air sungai Eufrat.
Sedikit makanan dapat membantu orang yang shalat
Dan banyak makanan justru membantu orang-orang yang suka mencela. [10]
4. Tidak Membebankan Fisik Di Siang Hari
Misalnya dengan memberikan pekerjaan yang sangat berat dan membebaninya
dengan pekerjaan yang membuat fisik dan otot lemah di siang hari. Hal
ini akan membuat rasa kantuk di malam hari.
5. Mengamalkan Sunnah Saat Tidur
Yaitu dengan berupaya melakukan: (1). Membaca dzikir-dzikir yang
dianjurkan sebelum tidur, karena itu semakin memperkokoh hubungan hamba
dengan Rabb-nya. (2). Tidur di atas lambung sebelah kanan.
Ibnul Qayyim rahimahullah menguraikan rahasia di balik cara tidur
seperti ini dengan mengemukakan, "Tidur dengan cara berbaring di atas
lambung sebelah kanan memiliki rahasia. Yaitu, bahwa hati berada di
sebelah kiri, maka bila seseorang tidur di atas lambung kirinya, ia akan
tidur sangat nyenyak karena dia dalam kondisi tenang dan nyaman
sehingga tidur jadi nyenyak. Sementara bila ia tidur di atas lambung
sebelah kanan, tidurnya tidak nyenyak karena hatinya tidak menentu
(gelisah) ingin mencari tempat menetapnya. Karena itulah para ahli medis
menganjurkan tidur dengan posisi di atas lambung sebelah kiri karena
itulah posisi istirahat yang paling sem-purna dan tidur yang paling
nyaman. Sedang-kan agama menyunnahkan tidur di atas lambung sebelah
kanan agar tidurnya tidak nyenyak se-hingga tidak meninggalkan shalat
Tahajjud. Jadi tidur di atas lambung sebelah kanan bermanfaat bagi hati
dan di atas sebelah kiri bermanfaat bagi tubuh. Wallaahu a'lam."[11]
Faktor Batin:
Faktor batin ini dijelaskan Imam al-Ghazali rahimahullah dalam bukunya Ihyaa' ‘Uluumid Diin:
1. Membersihkan hati dari sifat dengki terhadap kaum muslimin, dari
perbuatan bid'ah dan dari keinginan duniawi yang berlebihan. Sebab orang
yang mencurahkan sepenuh pikirannya untuk urusan duniawi tidak akan
mudah melakukan shalat Tahajjud. Kalau pun ia melakukannya, dalam
shalatnya yang dipikirkan hanyalah urusan duniawi dan yang terbayang
dalam pikiranya hanyalah bisikan-bisikan dunia tersebut.
2. Rasa takut yang mendominasi hati disertai angan-angan hidup yang
pendek. Sebab bila seseorang merenungkan huru-hara kehidupan akhirat dan
tingkatan terbawah Neraka Jahannam maka tidurnya tidak akan nyenyak dan
takutnya sangat besar, sebagaimana dikatakan Thawus, "Mengingat Neraka
Jahannam menjadikan tidurnya ahli ibadah tidak nyenyak."
مَنَعَ الْقُـرْآنُ بِوَعْدِهِ وَوَعِيْـدِهِ
مُقِلُّ الْعُـيُوْنُ بِلَيْلِهَا أَنْ تَهْجَـعَا
فَهِمُوْ عَنِ الْمَلِكِ الْجَلِيْلِ كَلاَمُهُ
فَرِقَابُهُمْ ذَلَّتْ إِلَيْـهِِ تَخَـضَّعَا
Al-Qur-an dengan janji dan ancamannya
Membuat mata tidak dapat tidur di malam hari.
Mereka memahami firman Raja Yang Mahaagung (Allah)
Lalu mereka merendah dan tunduk kepada-Nya.
3. Mengetahui keutamaan shalat Tahajjud dengan menyimak ayat-ayat,
hadits-hadits dan atsar-atsar, hingga timbul keinginan dan kerindu-annya
terhadap pahalanya sangat besar. Rasa rindu itu kemudian mendorongnya
untuk mendapatkan pahala yang lebih dan keinginan mencapai dejarat
Surga.
4. Ini adalah faktor yang paling mulia. Yaitu mencintai Allah dan
keyakinan yang kuat, bahwa dalam shalat Tahajjud dia tidak mengucapkan
satu huruf pun melainkan ia tengah bermunajat kepada Rabb-nya dan
menyaksikan-Nya, disertai dengan kesaksiannya terhadap apa yang
terlintas di hatinya. Bisikan yang ada di dalam hatinya yang datang dari
Allah itu adalah pembicaraannya dengan-Nya. Bila ia telah mencintai
Allah, pasti ia ingin berduaan bersama-Nya dan menikmati munajat
dengan-Nya, sehingga hal itu mendorongnya untuk berlama-lama dalam
shalat. Kenikmatan ini tidaklah mustahil dan generasi Salaf kita telah
merasakannya.
Abu Sulaiman berkata, "Seandainya Allah memperlihatkan kepada
orang-orang yang senantiasa melakukan shalat Tahajjud pahala dari amal
mereka, tentu kenikmatan yang mereka rasakan lebih besar dari pahala
yang mereka dapat."
Ibnu al-Munkadir berkata, "Tidak ada kenikmatan dunia kecuali tiga;
shalat Tahajjud, berkumpul bersama saudara seiman dan shalat dengan
berjama'ah."
Ketahuilah bahwa karunia dan kenikmatan inilah yang paling diharapkan,
karena shalat malam dapat membuat hati bersih dan menyingkirkan segala
problem kehidupan.[12]
[Disalin dari kitab "Kaanuu Qaliilan minal Laili maa Yahja’uun" karya
Muhammad bin Su'ud al-‘Uraifi diberi pengantar oleh Syaikh 'Abdullah
al-Jibrin, Edisi Indonesia Panduan Lengkap Shalat Tahajjud, Penerbit
Pustaka Ibnu Katsir]
_______
Footnote
[1]. Ihya'-u 'Uluumid Diin (I/313).
[2]. Ibid, (I/314)
[3]. Ash-Shalaatu wat Tahajjud (hal. 322).
[4]. Al-Hilyah (VIII/91).
[5]. HR. Ibnu Majah dalam kitab ash-Shiyaam, bab Maa Jaa-a fis Sahuur,
(hadits no. 1693). Di dalam sanadnya terdapat perawi bernama Zam'ah bin
Shalih, Ibnu Hajar menilainya. Semen-tara dalam hadits yang dinilai
shahih oleh al-Albani dari Anas Radhiyallahu anhu Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
قِيْلُوْا فَإِنَّ الشَّيَاطِيْنَ لاَ تَقِيْلُ.
"Tidurlah pada tengah hari (siang hari) karena syaitan tidak tidur pada
tengah hari." Lihat Silsilah al-Ahaadiits ash-Sha-hiihah (no. 2647).
[6]. Ash-Shalaatu wat Tahajjud (hal. 308).
[7]. HR. At-Tirmidzi dalam kitab az-Zuhd, bab Maa Jaa-a fii Karaahiyati
Katsratil Akl, (hadits no. 2380) dengan komentar-nya, "Hadits ini hasan
shahih," Ibnu Majah dalam kitab al-Ath'imah, bab al-Iqthisharu fil Akli
wa Karaahiyatusy Syib'a, (hadits no. 3349). Hadits ini dinilai shahih
oleh al-Albani dalam Jaami'ush Shahiih (no. 5550).
[8]. Ash-Shalaatu wat Tahajjud (hal. 320).
[9]. Az-Zuhd oleh Imam Ahmad, (hal. 373).
[10]. Al-Hilyah (VII/219).
[11]. Baca Zaadul Ma’aad (I/321).
[12]. Ihyaa' ‘Uluumid Diin (I/314-315) dengan beberapa perubahan redaksi.
0 komentar:
Posting Komentar