Oleh
Ustadz Dr Muhammad Arifin Badri MA
PENDAHULUAN
Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah Ta’ala. Shalawat dan salam
semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi
wa sallam keluarga, dan sahabatnya. Amin
Jadi orang kaya?, siapa yang nolak. Makan enak, tanpa perlu bersusah
payah masak. Menghuni rumah megah bak istana tanpa perlu menanti
bertahun-tahun. Mobil mewah berjejer di depan rumah. Tatap mata kagum
senantiasa terasa sejuk di hati anda. Dan gadis-gadis cantik rupawan
senantiasa mengimpikan kesempatan menjadi pendamping hidup anda.
Memang enak, rasanya hidup semacam ini. Saya rasa andapun senang bila
mendapat kesempatan mewujudkannya. Bukankah demikian saudaraku?
TANPA FULUS HIDUP TERASA GELAP
Impian indah di atas terwujud bila anda memiliki uang yang melimpah dan
emas yang menumpuk bak gunung. Karena itu, walaupun anda tidak terlalu
muluk-muluk dalam bermimpi, namun anda pasti menyadari bahwa uang adalah
kunci terwujudnya berbagai hal di atas. Musuh menjadi sahabat, susah
dengan cepat menjadi mudah dan muram sekejap menjadi riang. Semua itu
berkat adanya fulus yang terbukti menjadikan segala urusan menjadi
terasa mulus.
Wajar bila banyak orang di zaman sekarang berlari mengejar fulus. Tidur
karena fulus, bangun karena fulus, berhubungan karena fulus dan
bermusuhan pun karena fulus.
Fulus memang benar-benar telah menguasai kehidupan umat manusia.
Sampai-sampai semua urusan dan kenikmatan terasa hambar tanpa ada fulus
di tangan. Karena begitu besar pengaruh fulus pada kehidupan manusia
sampai-sampai ada anggapan bahwa nikmat Allah hanya ada satu yaitu
fulus.
Anda tidak percaya? Coba anda ingat-ingat, berapa sering anda
mengucapkan kata-kata : “Kalau aku punya rezeki maka saya akan berbuat
demikian dan demikian?”. Dan sudah dapat ditebak, maksud anda dari
“rezeki” adalah fulus. Bukankah demikian saudaraku?
Berbagai nikmat yang tak ternilai dengan apapun, kesehatan, anak
keturunan, akal sehat dan lainnya bagi anda terasa hambar bila kantong
sedang kempes. Saking hambarnya, sampai-sampai anda merasa sebagai
manusia termiskin dan tersusah di dunia.
Anda lupa bila sejatinya di dunia ini terlalu banyak orang yang
mendambakan untuk bisa seperti anda. Mereka merasa bahwa anda adalah
manusia terbahagia di dunia ini. Karena itu untuk urusan nikmat
senantiasa bandingkan diri anda dengan orang lain yang dibawah anda dan
jangan sebaliknya. Dengan cara ini anda dapat menyadari betapa banyak
nikmat Allah yang ada pada diri anda.
وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ ۚ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ
اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
“Dan Dia telah memberimu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu
mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah
dapat kamu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan
sangat mengingkari (nikmat Allah)” [Ibrahim : 34]
SENGSARA KARENA ULAH SENDIRI
Saudaraku tahukah anda bahwa pola pikir yang picik dan sudut pandang
yang sempit tentang arti nikmat semacam ini adalah biang derita anda
selama ini. Tidur tidak nyeyak, makan tidak enak, badan terasa sakit dan
urusan seakan sempit. Padahal sejatinya semua derita itu tidak
seharusnya menimpa kehidupan anda. Andai anda menyadari hakekat nikmat
Allah. Semua ini terjadi karena anda merasa jauh dari nikmatnya.
Di saat anda dihadapkan pada hidangan nasi, tempe, sayuran dan segelas
air putih, mungkin anda merasa bersedih. Anda menduga bahwa anda baru
mendapat nikmat yang luas bila dapat menyantap hidangan berupa daging,
dengan berbagai variasi cara memasaknya, dan dilengkapi dengan berbagai
menu lainnya. Akibatnya anda tidak dapat merasakan betapa nikmatnya
hidangan tempa dan sayuran tersebut.
Derita anda semakin terasa lengkap karena betapa banyak nikmat Allah
yang anda anggap sebagai bencana, anda mengira bahwa diri anda layak
untuk menerima rezeki lebih banyak dibanding yang anda terima saat ini.
Akibat dari pola pikir ini anda senantiasa hanyut oleh badai ambisi, dan
menderita karena senantiasa berjuang untuk mewujudkan impian anda yang
diluar kemampuan anda sendiri.
“Andai engkau telah memiliki dua lembah harta benda, niscaya anda
berambisi untuk mendapatkan yang ketiga. Dan tidaklah ada yang mampu
menghentikan ambisimu dari mengumpulkan harta kekayaan selain tanah
(kematian). Dan Allah menerima taubat orang yang kembali kepada-Nya
[Muttafaqun ‘alaih]
Ambisi mengeruk dunia ini menjadikan anda semakin sengsara dan hidup
terasa gersang. Kebahagian yang dahulu anda juga tersimpan dibalik
kekayaan semakin jauh dari genggaman anda.
“Barangsiapa yang urusan akhirat adalah pusat perhatiannya, Allah
letakkan kekayaannya dalam hatinya, urusannya menjadi bersatu, dan
rezeki dunia akan menjadi lapang. Sedangkan orang yang pusat
perhatiannya adalah urusan dunia, Allah letakkan kemiskinannya ada di
pelupuk matanya, urusannya tercerai berai dan rezkinya menjadi sempit”
[HR Tirmidzy dan lainnya]
Anda lalai bahwa apapun yang Allah berikan kepada anda adalah yang terbaik bagi Anda.
وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ
وَلَٰكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ ۚ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ
بَصِيرٌ
“Dan jika Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya tentulah
mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan
rezeki-Nya sesuai dengan ukuran yang Ia kehendaki.. Sesungguhnya Dia
Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat”. [As-Syura :
27]
Pola pikir yang begitu picik dan hati yag begitu sempit, menjadi biang turunnya murka Allah dan teguran-Nya.
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika
kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
[Ibrahim : 7]
Cermatilah saudaraku ! Allah berjanji akan menambah dan melipatgandakan
nikmat-Nya bila anda mengakui nikmat dan mensyukurinya. Namun
sebaliknya, bila anda mengingkari nikmat Allah atau malah meremehkannya,
Allah telah menyediakan untuk anda siksa yang pedih.
Camkanlah, sejatinya ancaman Allah pada ayat ini tidak dibatasi akan
terjadi di dunia atau di akhirat. Ini pertanda bahwa kedua kemungkinan
tersebut sama-sama dapat terjadi pada anda. Siksa Allah bisa saja
menimpa anda di dunia dan juga bisa di akhirat. Di dunia, nikmat di
cabut dan di ganti dengan derita, dan di akhirat tentu siksa neraka yang
pedih telah menanti.
تَعِسَ عبد الدِّينَارِ وَعَبْدُ الدِّرْهَمِ وَعَبْدُ الْخَمِيصَةِ إن
أُعْطِيَ رضي وَإِنْ لم يُعْطَ سَخِطَ تَعِسَ وَانْتَكَسَ وإذا شِيكَ فلا
انْتَقَشَ
“Semoga kesengsaraan senantiasa menimpa para pemuja dinar, dirham dan
baju sutra (pemuja harta kekayaan, pen). Bila ia diberi ia merasa
senang, dan bila tidak diberi, ia menjadi benci. Semoga ia menjadi
sengsara dan semakin sengsara (bak jatuh tertimpa tangga). Dan bila ia
tertusuk duri semoga tiada yang sudi membantunya mencabut duri itu
darinya” [HR Bukhari]
JADILAH ORANG YANG PALING BAHAGIA
Saudaraku! Hidup bahagia di dunia dan kelak di akhirat masuk surga tentu
cita-cita anda. Dan tentunya, setiap cita-cita agar dapat menjadi
kenyataan membutuhkan kepada perjuangan. Dan ketahuilah bahwa ada tiga
kunci utama bagi tercapainya kebahagian hidup di dunia.
Senantiasa berserah diri dan puas dengan segala pembagian Allah.
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ
لأَحَدٍ إلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنَّ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ
خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Sungguh mengherankan urusan seorang yang beriman, sesungguhnya segala
urusannya baik, dan hal itu tidaklah dimiliki melainkan oleh orang yang
beriman. Bila ia ditimpa kesenangan, ia bersyukur, maka kesenangan itu
menjadi baik baginya. Dan bila ia ditimpa kesusahan, ia bersabar, maka
kesusahan itu baik baginya” [HR Muslim]
Anda menyadari bahwa betapa banyak nikmat Allah yang anda terima.
“Barangsiapa yang di pagi hari merasa aman di kampung halamannya, sehat
badannya, dan memiliki makanan yang mencukupinya pada hari itu, maka
seakan-akan dunia dan seisinya telah menjadi miliknya” [HR At-Tirmidzy]
Harta kekayaan bukanlah tolok ukur kasih sayang Allah kepada anda.
Saudaraku! Janganlah anda salah persepsi tentang kehidupan dunia,
sejatinya dunia berserta isinya tidaklah ada artinya di hadapan Allah.
Karenanya, janganlah anda gadaikan kebahagian hidup anda di dunia dan
akhirat dengan harta kekayaan dunia yang hina dina.
“Sejatinya Allah Azza wa Jalla telah membagi-bagikan akhlaq kalian
sebagaimana Allah juga telah membagi-bagikan rezeki kalian. Dan
sesungguhnya Allah memberikan harta benda kepada orang yang Ia cintai
dan juga kepada orang yang Ia benci. Sedangkan Allah tidaklah
melimpahkan iman kecuali kepada orang yang ia cintai. Karenanya bila
Allah mencintai seseorang, pastilah Allah melimpahkan keimanan
kepadanya” [HR. Al-Bukhari dalam Al-Adab Al Mufrad dan At-Thabrani]
Saudaraku! Dengan mengaplikasikan ketiga hal ini dalam hidup anda,
dengan izin Allah, anda menjadi orang yang senantiasa berbahagia di
dunia dan juga di akhirat.
PENUTUP
Semoga paparan singkat ini dapat membebaskan anda dari belenggu fulus
yang pada zaman ini telah menindas kehidupan umat manusia. Dan dengan
ketiganya anda dapat kembali ke dalam rahmat dan kasih sayang Allah
Ta’ala, di dunia hingga di akhirat. Semoga paparan singkat ini
bermanfaat bagi anda, dan dapat menjernihkan penilaian anda tentang
harta dunia secara umum dan fulus secara khusus. Wallahu ‘alam
bishshawab.
[Disalin dari Majalah Pengusaha Muslim, Edisi 21 Volume 2/Oktober 2011.
Alamat Redaksi Gang Timor Timur D-9 Jalan Kaliurang Km 6.5 Yogyakarta,
Telp Kantor 0274 8378008, Redaksi 0815 0448 6585. Penerbit Yayasan Bina
Pengusaha Muslim Jakarta]
0 komentar:
Posting Komentar