Hal ini berdasarkan dari firman Allah yang berbunyi :
"Artinya : Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya". [Ath-Thalaq : 3]
Yaitu yang mencukupinya, Ar-Robi' bin Khutsaim berkata : Dari segala
sesuatu yang menyempitkan (menyusahkan) manusia. [Hadits Riwayat Bukhari
bab Tawakal 11/311]
Ibnul Qayyim berkata : Allah adalah yang mencukupi orang yang bertawakal
kepadanya dan yang menyandarkan kepada-Nya, yaitu Dia yang memberi
ketenangan dari ketakutan orang yang takut, Dia adalah sebaik-baik
pelindung dan sebaik-baik penolong dan barangsiapa yang berlindung
kepada-Nya dan meminta pertolongan dari-Nya dan bertawakal kepada-Nya,
maka Allah akan melindunginya, menjaganya, dan barangsiapa yang takut
kepada Allah, maka Allah akan membuatnya nyaman dan tenang dari sesuatu
yang ditakuti dan dikhawatirkan, dan Allah akan memberi kepadanya segala
macam kebutuhan yang bermanfa'at. [Taisirul Azizil Hamidh hal. 503]
Dan ini adalah ganjaran yang paling besar, yaitu Allah Subhanahu wa
Ta'ala akan menjadikan diri-Nya sendiri sebagai yang memenuhi segala
kebutuhan orang yang bertawakal kepada-Nya, dan sungguh Allah telah
banyak menyebutkan kebaikan dan keutamaan yang menjadi ganjaran untuk
orang-orang yang bertawakal kepada Allah, antara lain.
Firman Allah.
"Artinya : Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar". [Ath-Thalaq : 2]
"Artinya : Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan
menghapus kesalahan-kesalahan dan akan melipat gandakan pahala baginya".
[Ath-Thalaq : 5]
"Artinya : Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah
menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya". [Ath-Thalaq : 4).
"Artinya : Dan barangsiapa yang menta'ati Allah dan Rasul(Nya), mereka
itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugrahi nikmat oleh
Allah, yaitu ; Nabi-nabi, para shiddiqiin, orang-orang yang mati syahid
dan orang-orang yang shaleh. Dan mereka itulah teman yang
sebaik-baiknya". [An-Nisa' : 69]
Sedangkan ayat yang menyebutkan sikap tawakal adalah firman Allah : "Dan
barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan
mencukupkan (keperluan)nya". [Ath-Thalaq : 3]
Ibnu Al-Qayyim berkata : Perhatikanlah ganjaran-ganjaran yang akan
diterima oleh orang yang bertawakal yang mana ganjaran itu tak diberikan
kepada orang lain selain yang bertawakal kepada-Nya, ini membuktikan
bahwa tawakal adalah jalan terbaik untuk menuju ketempat di sisinya dan
perbuatan yang amat dicintai Allah. [Madarijus Salikin 2/128]
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu berkata. " Bersabda Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam : Jika seseorang keluar dari rumah, maka
ia akan disertakan oleh dua orang malaikat yang selalu menemaninya. Jika
orang itu berkata Bismillah (dengan menyebut nama Allah), kedua
malaikat itu berkata : Allah telah memberimu petunjuk, jika orang itu
berkata : Tiada daya dan upaya dan kekuatan kecuali kepada Allah, kedua
malaikat itu berkata : Engkau telah dilindungi dan dijaga, dan jika
orang itu berkata : Aku bertawakal kepada Allah, kedua malaikat itu
berkata : Engkau telah mendapatkan kecukupan".[1]
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam bab Zuhud yang disanadkan kepada Amru
bin 'Ash yang mengangkat hadits ini kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam beliau bersabda : 'Sesungguhnya di dalam hati anak Adam terdapat
celah-celah, dan barangsiapa yang mengabaikan Allah pada setiap celah di
dalam hatinya maka ia akan binasa, dan barangsiapa yang bertawakal
kepada Allah, maka Allah akan mencukupi celah-celah yang ada dalam
hatinya itu". [Diriwayatkan oleh Ibnu Majah bab Zuhud : 4166 (2/1395) di
dalam Az-Zawaid dikatakan bahwa hadist ini lemah sanadnya, dan di dalam
Al-Mizan dikatakan bahwa hadits ini tertolak]
Sebagaimana diriwayatkan pula bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda : "Barangsiapa yang memutuskan gantungannya selain kepada Allah
Subhanahu wa Ta'ala, maka Allah akan mencukupi baginya segala
kebutuhannya, dan Allah akan mendatangkan rezeki baginya dari yang tak
terduga".[Dikeluarkan oleh Thabrani dalam Ash-Shagir 1/115-116 dan
diriwayatkan oleh Ibnu Abu Halim seperti yang disebutkan dalam Ibnu
Katsir 8/174 dan Abu Shaikh dalam At-Targhib 2/538 lihat Majmu'
Az-Zawa'id 10/303]
Yang memberi kecukupan hanyalah Allah saja, sebagaimana firman-Nya :
"Artinya : Hai Nabi, cukuplah Allah (menjadi Pelindung) bagimu dan bagi orang-orang mukmin yang mengikutimu" [Al-Anfal : 64]
Maksudnya ; cukuplah Allah bagi kamu, dan cukuplah bagimu orang-orang
yang beriman mengikutimu (Tafsir Ath-Thabari 10/37), maka kalian semua
tak akan membutuhkan seseorang jika kalian bersama Allah, ini adalah
pendapat dari Abu Shaleh Ibnu Abbas, dan juga berpendapat Ibnu Zaid,
Muqatil (Zaad Al-Masir 3/556). Asy-Sya'bi (Tafsir Ath-Thabari 10/37) dan
lain-lainnya, dan Ibnu Katsir tak menyebutkan selain pendapat ini
(Tafsir Ibnu Katsir 4/30) Ada juga yang mengatakan bahwa artinya adalah :
cukuplah bagimu Allah, dan cukuplah bagimu orang-orang yang beriman,
yaitu pendapat yang diriwayatkan dari Al-Hasan dan diikuti oleh
An-Nuhas. [Tafsir Al-Qurthubi 8/43]
Ibnu Al-Jauzy berkata : Bahwa yang benar adalah pendapat yang pertama
(Zaad Al-Masir 3/256), hal itu berdasar pada petunjuk bukti kajian bahwa
sesungguhnya yang bisa memberi kecukupan hanyalah Allah Subhanahu wa
Ta'ala. [Adlwa'u Al-Bayan]
Ibnu Al-Qayyim berkata : Ini begitu juga dengan pendapat sebagian orang
adalah suatu kesalahan yang nyata, tidak boleh mengartikan ayat ini
seperti ini (pendapat kedua), dan bahwa sesungguhnya yang bisa memberi
kecukupan hanyalah Allah semata, begitu juga dengan tawakal, taqwa dan
penyembahan hanyalah kepada Allah, dan Allah Subhanahu wa Ta'ala telah
berfirman dalam Al-Qur'an
"Artinya : Dan jika mereka bermaksud hendak menipu, maka sesungguhnya
cukplah Allah (menjadi pelindung). Dialah yang memperkuatmu dengan
pertolongan-Nya dan dengan para mukmin". [Al-Anfal : 62]
Lalu dia (Ibnu Al-Qayyim) membedakan antara memberi kecukupan dengan
memberi kekuatan yang bisa memberi kecukupan hanyalah Allah Subhanahu wa
Ta'ala semata, sementara yang bisa memberi kekuatan adalah hanyalah
Allah dengan membantunya dan juga bersama hamba-hamba Allah lainnya,
Allah telah memuji kepada orang-orang yang bertauhid serta orang-orang
yang bertawakal di antara hamba-hambanya, yang mana Allah menghususkan
mereka untuk mendapat kecukupan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka
Allah berfirman :
"Artinya : (Yaitu) orang-orang (yang menta'ati Allah dan Rasul) yang
kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan :' Sesungguhnya manusia
telah mengupmpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah
kepada mereka', maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka
menjawab : 'Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah
sebaik-baik Pelindung". [Ali Imran : 173]
Dan mereka tidak pernah mengatakan : cukuplah Allah bagi kami dan Rasulnya.
Jika mereka berpendapat seperti ini dan Allah memuji mereka seperti itu,
maka bagaimana mungkin Allah mengatakan kepada utusan-Nya dengan
mengatakan : Allah dan pengikut-pengikutmu akan memberimu kecukupan,
sementara para pengikut Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam telah
menjadikan Allah satu-satunya yang memberi kecukupan, dan mereka tidak
pernah men-sekutu-kan Allah dengan Rasul-Nya dalam masalah memberi
kecukupan, bagaimana mungkin mereka (para pengikut Muhammad) melakukan
hal seperti ini ?! ini adalah kemustahilan yang paling Mustahil dan
Kesesatan yang paling sesat.
Hal yang serupa dengan bahasan ini adalah firman Allah yang berbunyi :
"Artinya : Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang
diberikan Allah dan Rasul-Nya kepada mereka, dan berkata. 'Cukuplah
Allah bagi kami, Allah akan memberikan kepada kami sebahagian dari
karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah
orang-orang yang berharap kepada Allah', (tentulah yang demikian itu
lebih baik bagi mereka)". [At-Taubah : 59]
Maka perhatikanlah, bagaimana Alllah menjadikan kewajiban untuk mematuhi diri-Nya dan Rasul-Nya, sebagaimana firman-Nya
"Artinya : Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia". [Al-Hasyr : 7]
Dan menjadikan kecukupan itu hanya dengan diri-Nya semata, Allah tidak
pernah mengatakan : dan mereka berkata : cukuplah Allah dan Rasul-Nya
bagi kami, akan tetapi Allah menjadikan diri-Nya sendiri satu-satunya
yang bersifat memberi kecukupan, seperti fiman Allah :
"Artinya : Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah". [At-Taubah : 59]
Dan Allah tidak pernah mengatakan : "dan kepada Rasul-Nya", akan tetapi
Allah menjadikan berharap hanya kepada-Nya semata, sebagaimana firman
Allah :
"Artinya : Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan),
kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada
Tuhanmulah hendaknya kamu berharap"
Maka berharap, bertawakal, berlindung dan memberi kecukupan hanyalah
kepada Allah semata, sebagaimana bahwa ibadah, taqwa dan sujud hanyalah
milik Allah semata, begitu juga dengan sumpah dan bernadzar tidak
diperbolehkan kecuali hanya kepada Allah semata.
Dan yang serupa dengan ayat ini adalah firman Allah yang berbunyi :
"Artinya : Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hamba-Nya". [Az-Zumar : 36]
Maka yang mencukupi berarti Dia pula yang melindungi, di sini Allah
mengabarkan bahwa hanya Dia seoranglah yang memberi perlindungan kepada
hamba-Nya, sekali lagi bagaimana mungkin Allah menjadikan hambanya para
pengikut Nabi bersama Allah sebagaimana yang memberi kecukupan ?!,
dalil-dalil yang membuktikan kesesatan penafsiran yang merusak ini lebih
banyak lagi untuk disebutkan. [Zaad Al-Ma'ad 1/36-37]
[Disalin dari buku At-Tawakkul 'Alallah wa 'Alaqatuhu bil Asbab oleh Dr
Abdullah bin Umar Ad-Dumaiji dengan edisi Indonesia Rahasia Tawakal
& Sebab Akibat hal. 84 - 89 Bab Buah Tawakal, terbitan Pustaka
Azzam, Th 1999, Penerjemah Drs. Kamaluddin Sa'diatulharamaini dan
Farizal Tirmidzi]
_________
Fote Note.
[1]. Hadits Riwayat At-Tirmidzi bab do'a 3426 (5/490) dan ia juga
mengatakan bahwa hadits ini adalah : hadits baik, benar dan asing, kami
tak mengetahuinya kecuali dengan ungkapan seperti ini. Diriwayatkan oleh
Ibnu Majah bab do'a 3886 (2/178), ia berkata di dalam Kitab Az-Zawaid :
Bahwa di dalam sanad hadits ini terdapat Harun bin Abdullah, ia adalah
seorang yang lemah. Diriwayatkan oleh Abu Daud dari hadits Anas bab Adab
5073 (13/437), Ahmad dalam Musnadnya (1/66) yang lebih sempurna dari
ungkapan ini. Hadits ini dibenarkan oleh Al-Albani sebagaimana dalah
shahih Al-Jami Ash-Shagir 513, 227 (1/1950).
0 komentar:
Posting Komentar