Oleh: Syaikh Muhammad bin Shâlih al-Utsaimîn
Wahai kaum Muslimin, marilah kita bertakwa kepada Allah Azza wa Jalla ,
menolong agama-Nya dan selalu berbuat taat kepada-Nya agar Dia
memberikan pertolongan dan pahala-Nya kepada kita. Allah Azza wa Jalla
berfirman:
وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ
عَزِيزٌ الَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلَاةَ
وَآتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ
ۗ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الْأُمُورِ
Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya.
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (yaitu)
orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi
niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat
ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah
kembali segala urusan. [al-Hajj/22:40-41]
Wahai kaum Muslimin, sesungguhnya iman itu tidak diperoleh hanya dengan
berangan-angan, tidak pula dengan berhias secara fisik, akan tetapi iman
adalah apa yang terukir dan tertanam di dalam hati. Dan bukti kejujuran
iman itu adalah dengan mengerjakan berbagai ketaatan dan menjauhi
berbagai maksiat. Setiap orang bisa mengaku seorang Muslim, bahkan lebih
dari itu yaitu mengaku Mukmin. Setiap orang bisa mengucapkan asyhadu
allâ ilâha illallâh wa asyhadu anna muhammadar rasûlullâh. Orang-orang
munafik juga menyebut Allah Azza wa Jalla , padahal mereka berada di
neraka yang paling dasar. Mereka datang kepada Nabi Muhammad Shallallahu
‘alaihi wa sallam dan mengucapkan, “Kami bersaksi bahwa engkau adalah
utusan Allah.” Mereka bersumpah kepada Nabi n dan para Sahabatnya bahwa
mereka beriman kepada beliau, padahal sebenarnya mereka tidaklah
demikian. Akan tetapi syahadat dan iman mereka tidaklah bermanfaat bagi
mereka dan mereka berada di neraka yang paling bawah, di bawah
orang-orang Musyrik, Atheis, Yahudi dan Nasrani. Karena syahadat dan
iman mereka tidak bersumber dari keyakinan dan keimanan, tidak pula
karena sikap menerima dan tunduk. Allah Azza wa Jalla berfirman:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ
Di antara manusia ada yang mengatakan, "Kami beriman kepada Allah dan
hari kemudian" padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang
beriman. [al-Baqarah/2:8]
Iman adalah akidah yang kokoh sebelum segala sesuatu. Iman itu
membuahkan perkataan yang baik dan amal shaleh. Iman juga menghasilkan
kecintaan kepada Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya, serta ikhlas dalam
mentauhidkan Allah Azza wa Jalla dan mengikuti Rasul-Nya. Iman adalah
kesungguhan, amalan, ketekunan, kesabaran, menahan dan mencegah diri
dari sesuatu disukai maupun yang tidak disukai semata-mata karena Allah
Azza wa Jalla . Sesungguhnya iman memiliki tanda-tanda yang banyak.
Allah Azza wa Jalla banyak menyebutkannya dalam al-Qur`ân dan Rasulullâh
Shallallahu 'alaihi wa sallam banyak menyebutkannya dalam haditsnya. Di
antara contohnya adalah firman Allah Azza wa Jalla,
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ
قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا
وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ
وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ أُولَٰئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا
ۚ لَهُمْ دَرَجَاتٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut
nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya
bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Allah-lah mereka
bertawakal. (yaitu) Orang-orang yang mendirikan shalat dan yang
menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka. Itulah
orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh
beberapa derajat ketinggian di sisi Rabb-nya dan ampunan serta rezki
(nikmat) yang mulia.” [al-Anfâl/8:2-4]
Allah Azza wa Jalla juga berfirman,
وَإِذَا مَا أُنْزِلَتْ سُورَةٌ فَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ أَيُّكُمْ
زَادَتْهُ هَٰذِهِ إِيمَانًا ۚ فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَزَادَتْهُمْ
إِيمَانًا وَهُمْ يَسْتَبْشِرُونَ وَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ
مَرَضٌ فَزَادَتْهُمْ رِجْسًا إِلَىٰ رِجْسِهِمْ وَمَاتُوا وَهُمْ
كَافِرُونَ أَوَلَا يَرَوْنَ أَنَّهُمْ يُفْتَنُونَ فِي كُلِّ عَامٍ
مَرَّةً أَوْ مَرَّتَيْنِ ثُمَّ لَا يَتُوبُونَ وَلَا هُمْ يَذَّكَّرُونَ
“Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang
munafik) ada yang berkata, "Siapakah di antara kamu yang bertambah
imannya dengan (turannya) surat ini?" adapun orang-orang yang beriman,
maka surat ini menambah imannya, dan mereka merasa gembira. Dan adapun
orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat
itu bertambah kekafiran mereka, di samping kekafirannya (yang telah ada)
dan mereka mati dalam keadaan kafir. Dan tidaklah mereka (orang-orang
munafik) memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap
tahun, dan mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak (pula) mengambil
pelajaran? [at-Taubah/9:124-126]
Wahai kaum Muslimin, demi Allah Azza wa Jalla , adakah di antara kita
yang menyandang kedudukan ini? Adakah dari kita, ketika nama Allah Azza
wa Jalla disebut, hatinya menjadi takut kemudian mengagungkan-Nya.
Adakah dari kita, ketika ayat-ayat Allah Azza wa Jalla dibacakan,
imannya menjadi bertambah dan mereka merasa gembira karena telah
merasakan manisnya bisa membenarkan dan mengamalkan hukum-hukumnya?
Adakah dari kita yang mewujudkan tawakalnya kepada Allah Azza wa Jalla ?
hanya bersandar kepada-Nya serta tidak menggantungkan diri kepada
selain-Nya? Adakah dari kita yang mengerjakan shalat sesuai yang
tuntutan agama, dengan cara menjaga shalat itu dan menyempurnakan
rukun-rukun dan syarat-syaratnya? Adakah dari kita yang menginfakkan
sebagian rezekinya yang telah diberikan oleh Allah Azza wa Jalla dengan
cara membayar zakat dan menutup kekurangan kaum kerabat dan orang-orang
fakir miskin?
Wahai kaum Muslimin, marilah sejenak kita memikirkan keadaan saudara
kita sesama Muslim. Jika kita perhatikan keadaan mereka saat ini - tidak
hanya di negeri ini saja- akan tetapi di seluruh negara Islam, kita
akan dapati mereka bukanlah Muslim dan Mukmin sejati, kecuali
orang-orang yang dikehendaki oleh Allah Azza wa Jalla. Mulai yang kaya
hingga yang miskin, mereka meremehkan (agama) dan tidak menunaikan
hak-hak Allah Azza wa Jalla yang menjadi kewajiban mereka sebagai
hamba-Nya. Penyepelean dalam perkara keimanan maupun keyakinan dan
penyepelean dalam akhlak dan pemeliharaanya. banyak umat Islam yang
meremehkan masalah keimanan dan keyakinan sebagaimana mereka juga
meremehkan masalah akhlak dan penjagaannya serta meremehkan amalan.
Mereka menyepelekan keimanan dan keyakinan karena sebagian umat Islam,
terlebih bagi orang yang pernah tinggal beberapa waktu di negeri kafir
dan meneguk pemikiran mereka yang telah terkontaminasi dan peradaban
mereka yang palsu; kita dapati dalam hati mereka ada keraguan terhadap
berita dari Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya berupa perkara-perkara
ghaib. Mereka ragu-ragu dengan keberadaan malaikat, keberadaan jin, dan
kebenaran risalah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Bahkan sebagian mereka ragu dengan keberadaan Allah Azza wa Jalla,
keberadaan penciptanya sendiri. Subhânallâh, mereka ragu dengan
keberadaan Allah Azza wa Jalla dan tidak merasa ragu dengan keberadaan
diri mereka. Padahal, orang yang ragu dengan keberadaan Allah Azza wa
Jalla , seharusnya dia ragu dengan keberadaan dirinya dengan alasan
karena tidak satu pencipta pun selain Allah Azza wa Jalla . Sebagian
kaum Muslimin sekarang ini jika nama Allah Azza wa Jalla disebut di
sisinya, hatinya tidak bergetar sedikit pun, seolah-olah sesuatu yang
disebut di sisinya itu tidak lebih hanya sesuatu yang membuat hati
mereka takut. Apabila ayat-ayat Allah Azza wa Jalla dibacakan kepada
mereka, iman mereka tidak bertambah, bahkan hatinya bertambah semakin
kotor. Mereka mengolok-olok ayat-ayat Allah Azza wa Jalla dan bersikap
sombong terhadap hukum-hukumnya.
Sebagian kaum Muslimin saat ini, tidak bertawakal kepada Allah Azza wa
Jalla , bahkan sebaliknya, mereka bersandar pada sebab-sebab yang
bersifat serba materi secara utuh. Karena itulah, kita dapati mereka
tidak mengikuti syariat Islam dalam mencari rezeki. Mereka beranggapan
bahwa cara-cara syar`i hanya akan mempersempit pintu rezeki. Sehingga,
mereka mencari rezeki dengan cara apapun, tidak peduli itu halal atau
haram. Sebagian umat Islam ada juga mencari keamanan dan keselamatan
dari musuh-musuh Allah Azza wa Jalla , hingga hal itu mengakibatkan
mereka loyal kepada mereka pada sebagian perkara yang menyelisihi
syariat. Allah Azza wa Jalla berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ ارْتَدُّوا عَلَىٰ أَدْبَارِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا
تَبَيَّنَ لَهُمُ الْهُدَى ۙ الشَّيْطَانُ سَوَّلَ لَهُمْ وَأَمْلَىٰ
لَهُمْ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا لِلَّذِينَ كَرِهُوا مَا نَزَّلَ
اللَّهُ سَنُطِيعُكُمْ فِي بَعْضِ الْأَمْرِ ۖ وَاللَّهُ يَعْلَمُ
إِسْرَارَهُمْ فَكَيْفَ إِذَا تَوَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ يَضْرِبُونَ
وُجُوهَهُمْ وَأَدْبَارَهُمْ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمُ اتَّبَعُوا مَا أَسْخَطَ
اللَّهَ وَكَرِهُوا رِضْوَانَهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ
“Sesungguhnya orang-orang yang kembali ke belakang (kepada kekafiran)
sesudah petunjuk itu jelas bagi mereka, setan telah menjadikan mereka
mudah (berbuat dosa) dan memanjangkan angan-angan mereka. Yang demikian
itu karena sesungguhnya mereka (orang-orang munafik) itu berkata kepada
orang-orang yang benci kepada apa yang diturunkan Allah (orang-orang
Yahudi), "Kami akan mematuhi kamu dalam beberapa urusan", sedang Allah
mengetahui rahasia mereka. Bagaimanakah (keadaan mereka) apabila
malaikat mencabut nyawa mereka seraya memukul-mukul muka mereka dan
punggung mereka? Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka
mengikuti apa yang menimbulkan kemurkaan Allah dan karena mereka
membenci keridhaan-Nya, sebab itu Allah menghapus (pahala) amal-amal
mereka. [Muhammad/47 : 25-28]
Mereka adalah orang-orang yang berloyal kepada musuh-musuh Islam pada
sebagian perkara yang menyelisihi syariat. Mereka menempuh jalan yang
menyimpang ini tiada lain karena lemahnya tawakal mereka kepada Allah
Azza wa Jalla dan kuatnya tawakal mereka kepada selain-Nya. Mereka
membela musuh-musuh Allah Azza wa Jalla habis-habisan karena mereka kuat
dalam hal materi. Mereka mengira segala sesuatu bisa mereka raih.
Mereka lupa bahwa yang menciptakan mereka lebih dahsyat kekuatannya dari
pada orang-orang yang mereka bela. Sesungguhnya kekuatan yang mereka
kagumi dari musuh-musuh Allah Azza wa Jalla tersebut bisa mereka
dapatkan jika mereka mau bertawakal kepada Allah Azza wa Jalla dan
mengerjakan sebab-sebab yang menyebabkan datangnya pertolongan Allah
Azza wa Jalla dengan cara menegakkan agama-Nya dan menerapkan syariat
itu pada diri-diri mereka dan orang-orang yang loyal kepada mereka.
Karena, jika mereka mengerjakan yang demikian, maka Allah Azza wa Jalla
akan bersama mereka. Dan siapa yang bersama Allah Azza wa Jalla , maka
dia akan menang. Allah Azza wa Jalla berfirman:
وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعْجِزَهُ مِنْ شَيْءٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ ۚ إِنَّهُ كَانَ عَلِيمًا قَدِيرًا
Dan tiada sesuatupun yang dapat melemahkan Allah baik di langit maupun
di bumi. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Kuasa.
[Fâthir/35:44]
Saat ini ada sebagian kaum Muslimin yang tidak menegakkan shalat dan
tidak pula menjaganya. Mereka tidak menunaikannya secara berjamaah,
tidak menyempurnakan syarat-syarat dan rukun-rukunnya serta
kewajiban-kewajibannya. Mereka tidak memperhatikan masalah thaharah,
sudahkah mereka telah menyempurnakan thaharah itu ataukah belum. Mereka
tidak mengerjakan shalat tepat waktu, tidak pula menunaikannya dengan
tuma`ninah, baik ketika duduk, ruku`, maupun sujudnya. Bahkan sebagian
mereka yang mengaku Muslim, ada yang tidak melaksanakan shalat sama
sekali, bahkan lebih dari itu, mereka mengolok-olok orang-orang yang
mengerjakan shalat. Ada juga sebagian kaum Muslimin mereka yang
pekerjaannya hanya mengumpulkan harta benda saja dan menahan diri mereka
untuk berinfak. Mereka tidak menunaikan zakat, sedekah maupun infak
sama sekali kepada orang-orang yang berhak. Mereka membelanjakan
sebagian besar hartanya untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Bahkan
terkadang untuk sesuatu yang diharamkan Allah Azza wa Jalla .
Sesungguhnya kaum Muslimin saat ini berada dalam keadaan yang
memprihatinkan. Dan hanya kepada Allah Azza wa Jalla -lah kita mengadu.
Mereka menyia-nyiakan kewajiban-kewajiban mereka terhadap Allah Azza wa
Jalla dan melampaui batas terhadap hukum-hukum-Nya. Mereka juga
menyepelekan syariat Allah Azza wa Jalla , melupakan dzikir kepada-Nya
serta merasa aman dari siksa-Nya. Mereka menyibukkan diri dengan urusan
duniawi dan melalaikan tujuan hidupnya. Karena itulah musuh-musuh Allah
Azza wa Jalla dikuasakan atas mereka. Musuh-musuh Allah Azza wa Jalla
menganggap mereka rendah dan hina serta mempermainkan mereka, baik
secara politik maupun ekonomi, hingga keadaan mereka menjadi seperti
penggembala yang meneriaki binatang yang tidak bisa mendengar kecuali
panggilan dan teriakan saja. Mereka tuli, bisu dan buta, maka mereka
tidak mengerti. Innâ lillâhi wa innâ ilaihi râjiûn.
(Dikutip dari Adl-Dhiyâul Lâmi` Minal Khuthâbil Jawâmi``, karya Syaikh Muhammad bin Shâlih al-Utsaimîn, 1 6/262-267)
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun XIII/1431/2010M. Penerbit
Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton
Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
0 komentar:
Posting Komentar